Di dunia pendidikan non formal, konsep revolusi mental ditekankan pada pembentukan karakter ketrampilan dan kemandirian serta pengembangan kepribadian profesional yang dapat membentuk jati diri anak bangsa. Maka tidaklah berlebihan bila kita menyebut Tutor/Tenaga pendidik/Instruktur adalah kunci revolusi mental. Revolusi mental memang harus dimulai dari dunia pendidikan dan secara simultan berjalan di bidang-bidang lainnya. Mengapa dunia pendidikan? Karena paling tidak selama 18 tahun waktu anak manusia dihabiskan di bangku pendidikan, mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Untuk itu tanggung jawab seorang pendidik semakin bertambah untuk ikut membentuk jati diri bangsa melalui peserta didiknya.
Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah, rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan ini. Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan universal, yaitu: (1) learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be, dan (4) learning to live together.
Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.
Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global di mana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.
Revolusi mental merupakan harapan bangsa dan masyarakat saat ini menuju perubahan jati diri bangsa yang lebih baik. Gerakan Melakukan revolusi mental guna membentuk revolusi karakter bangsa melalui dunia pendidikan, peneguhan dan penguatan ke-bhinekaan dan memperkuat restorasi sosial merupakan bagian dari titik pusat utamanya. Membentuk generasi yang kreatif, inovatif, dan berintelektual menjadi latar belakang diwujudkannya revolusi mental bangsa. Oleh karena itu, bidang pendidikan nonformal di PKBM Harapan Bangsa Kota Kupang lebih menekankan konsep pendidikan revolusi mental sangat penting dalam menjaga pengarahan dan peningkatan mutu dan kesempurnaan aset hidup bangsa. melalui pendidikanlah nonformal ( PKBM Harapan Bangsa) akan diperolehnya pemahaman-pemahaman baru dalam hal pengetahuan, keaktifan, dan kekritisan. Namun, dalam menjalankan proses revolusi mental tidak hanya dengan berbicara dan berdiskusi saja, tetapi harus diwujudkan dengan tindakan, yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
Revolusi Mental Sebagai Sebuah Tantangan Dunia Pendidikan
Suatu tantangan dalam dunia pendidikan Indonesia diawali dari pembentukan karakter mulai dari yang sederhana, misalnya membiasakan diri menjaga kedisiplinan, menjaga kebersihan, masalah membuang sampah sembarangan, dan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas, merupakan contoh perbuatan yang tidak baik dan berkaitan dengan mentalitas seseorang. Mengapa masih ada saja orang yang membuang sampah sebarangan/tidak pada tempatnya atau masih saja ada orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas? Sebagian orang beranggapan bahwa hal ini terjadi karena manusia memiliki rasa egois dan ego yang menjadi penyebabnya. Sikap egois tidak bisa dihilangkan dari diri manusia, dan masalah mentalitas seperti ini tidak dapat dijawab dengan cara membuang ego dari diri manusia.
Dalam rapat Evaluasi Akhir Tahun 2019.Direktur PKBM Harapan Bangsa Kota Kupang menjelaskan kepada para pendidikn, tentang Permasalahan mentalitas lainnya yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, serta kehidupan politik yang tidak produktif menjadi persoalan budaya dan karakter bangsa. Hal ini sinkron dengan apa yang menjadi sasaran dari revolusi mental di era kini. Perubahan orientasi pendidikan tersebut mengarah pada tujuan pendidikan nasional yang merupakan rumusan mengenai kualitas manusia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Sehingga rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Untuk mengetahui sejauh mana sistem penerapan Revolusi mental (Pendidikan karakter) di PKBM Harapan Bangsa dapat diakses lewat website: https://www.pkbmharapanbangsa.com
Bagikan: