. ⚠️URGENSI ANAK PUTUS SEKOLAH DI NTT
📌 1. Jumlah Anak Putus Sekolah Sangat Tinggi
- Berdasarkan data, 145.268 anak di NTT tercatat sebagai APS.
- Angka ini sangat mengkhawatirkan karena mencerminkan tingginya ketimpangan akses pendidikan, terutama di daerah terpencil dan tertinggal.
- Jika tidak ditangani segera, akan menciptakan generasi yang tertinggal secara kompetensi dan sosial.
📌 2. Dampak Jangka Panjang Terhadap Kualitas SDM
- Pendidikan adalah fondasi utama untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
- Tingginya APS berpotensi memperluas lingkaran kemiskinan antar-generasi.
- Anak yang tidak sekolah lebih rentan terhadap:
- Eksploitasi anak dan pekerja anak
- Pernikahan dini
- Kekerasan dalam rumah tangga
- Buta huruf dan buta digital
📌 3. Hambatan Pembangunan Daerah
- Provinsi NTT masih termasuk salah satu dengan IPM terendah secara nasional.
- Rendahnya tingkat pendidikan warga akan menghambat:
- Produktivitas ekonomi lokal
- Daya saing tenaga kerja
- Daya tarik investasi dan sektor pariwisata
📌 4. Tantangan Khusus NTT:
- Akses geografis sulit (daerah kepulauan, pegunungan)
- Kemiskinan struktural dan keterbatasan infrastruktur pendidikan
- Keterbatasan guru dan sekolah di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar)
- Budaya nikah muda dan bekerja sejak dini
📌 5. Tahun 2025 Adalah Momentum Penentu
- Sejalan dengan target nasional:
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2025
- Visi Indonesia Emas 2045
- Tahun 2025 menjadi batas krusial untuk mengejar ketertinggalan pendidikan melalui:
- Pendidikan inklusif dan fleksibel
- Penguatan peran pemerintah daerah dan desa
- Kolaborasi lintas sektor (gereja, LSM, CSR, diaspora NTT)
✅ Kesimpulan:
Menangani anak putus sekolah di NTT bukan hanya masalah pendidikan, tapi juga menyangkut masa depan pembangunan sosial dan ekonomi daerah.
Tahun 2025 harus menjadi titik balik: dari krisis pendidikan menuju kebangkitan sumber daya manusia NTT.
B.🎯 TUJUAN PENDATAAN 145.268 ANAK PUTUS SEKOLAH (APS) DI NTT
- Mengidentifikasi dan Memetakan APS
- Mengetahui jumlah, lokasi, usia, dan alasan anak putus sekolah di setiap kabupaten/kota.
- Menjadi Dasar Intervensi Pemerintah
- Data digunakan untuk menyusun kebijakan afirmatif: program beasiswa, sekolah alternatif, pendidikan nonformal, dll.
- Mendorong Pemerataan Akses Pendidikan
- Agar seluruh anak di NTT mendapat hak pendidikan yang layak sesuai amanat UUD 1945 dan UU Sisdiknas.
- Memutus Rantai Kemiskinan dan Ketimpangan
- Pendidikan adalah kunci mobilitas sosial. Dengan data akurat, program pengentasan kemiskinan lebih tepat sasaran.
- Membangun Kolaborasi Multipihak
- Mendorong sinergi antara pemerintah, sekolah, desa, gereja, NGO, dan masyarakat adat dalam menyelesaikan isu APS.
- 🧭 STRATEGI PENDATAAN APS DI NTT
✅ 1. Pendataan Berbasis Desa
- Libatkan pemerintah desa, RT/RW, kader posyandu, guru PAUD, dan tokoh masyarakat.
- Gunakan pendekatan dari pintu ke pintu (door to door).
- Integrasikan data dengan aplikasi SIAK, Dapodik, atau data Dukcapil.
✅ 2. Pemetaan Digital dan Manual
- Gunakan peta wilayah untuk menandai kantong-kantong APS.
- Bentuk tim relawan pendidikan di kecamatan untuk validasi data lapangan.
✅ 3. Klasifikasi Data APS
- Berdasarkan usia, jenis kelamin, jenjang terakhir, dan penyebab putus sekolah (ekonomi, jarak, nikah dini, dll).
- Pisahkan antara:
a) Drop-out aktif (masih ingin sekolah kembali)
b) Drop-out pasif (perlu pendekatan khusus)
✅ 4. Pelibatan Lintas Sektor
- Koordinasi dengan Dinas Pendidikan, Dukcapil, Dinas Sosial, Bappeda, dan organisasi keagamaan.
- Libatkan lembaga adat, tokoh agama, dan LSM lokal untuk pendekatan kultural.
✅ 5. Pemanfaatan Teknologi dan Aplikasi
- Gunakan aplikasi pendataan berbasis Android atau Google Form untuk relawan.
- Sinkronkan data dengan sistem nasional (Dapodik, EMIS, dll).
- 💬 Program Tindak Lanjut (Pasca Pendataan)
- Megajak anak-anak Putus sekolah segera kembali Bersekolah di Jalur Pendidikan Kesetaraan (Paket A setara SD, Paket B Setara SMP dan Paket C Setara SMA ),
- Penguatan Kerjasam dengan Mitra, dalam rangka mengakses Beasiswa Kembali Sekolah dari CSR/NGO
- mendorong Program Orang Tua Asuh oleh diaspora NTT
- menciptakan Sekolah Inklusif & Mobile Schooling untuk daerah 3T
program ini telah digagas oleh direktur PKBM Harapan Bangsa ( Petrus Allung) dalam paparan Presentasi Role model gerakan pendidikan merata di NTT, lingkup satuan Kerja PKBM Harapan Bangsa Kota Kupang. seiring dengan kapasitas strategis di berbagai bidang dan organisasi antara lain:
- Ketua DPW Generasi Digital Indonesia (GRADASI) NTT
- Ketua DPW Himpunan Pendidik Pelatih Kewirausahaan Indonesia (HP3KI) NTT
- Ketua Bidang Hukum PGRI Cabang Khusus Kota Kupang
- Ketua DPD-FK.PKBM Kota Kupang
- Ketua KSP Generasi Anak Bangsa-NTT

Bahwa PKBM Harapan Bangsa akan, Mengatur strategi Pendataan di 6 Kecamatan dan 51 kelurahan di Kota Kupang, sejalan dengan Tindaklanjut Rekomendasi Pendataan Masyarakat Droup Out Oleh SETDA Kota Kupang Nomor Bagsos.420/030/2015 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan pendataan ATS ( Droup Out di Kota Kupang. Tentu Pendataan yang dimaksudkan bukan Hal baru, Namun memperbaharui konsep dan strategis untuk menekan angka Putus sekolah dan juga Mengajak Lulusan-lulusan SMA/SMK/Sederajat dan Sarjana yang belum Bekerja, Untuk terlibat dalam Pendidikan pelatihan Peningkatakn Kompetensi kerja menjelang kerja dan Berwirausaha, dalam Pemanfaatan Potensi Kearifan Lokal. Selain pendataan Dor to dor, Kami juga membuka Pendaftaran APS Secara Daring ( Online) sangat Mudah. SILAHKAN KLIK dan Isi Data
https://pkbmharapanbangsa.com/formulir-online/
Pinta *Petrus Allung*
Bagikan: